STRATEGI PERSAINGAN BISNIS - CARA MEMENANGKAN PERSAINGAN PASAR

STRATEGI PERSAINGAN BISNIS - CARA MEMENANGKAN PERSAINGAN PASAR

STRATEGI PERSAINGAN BISNIS - CARA MEMENANGKAN PERSAINGAN PASAR



Jika kau mengabaikan musuhmu, juga dirimu sendiri. Inia akan membuatmu menjadi pecundang, yand dikalahkan dibentengmu sendiri.” Sun Tsu.

Strategi Persaingan Bisnis dan cara mememangkan Persaingan Pasar. Dalam Strategi MESKI HIDUP tak selamanya terkukung oleh perang, tapi hidup juga tak selamanya terbebas dari musuh-musuh, yang setiap saat bisa menggulingkan kita, seperti menggulingkan sebuah patung yang kokoh pada malam hari, paginya pecah berderai, berantakan. Jika kita tak merasa ada musuh, coba teropong lebih dalam lagi kedalam diri, sifat yang membuat kita terkadang merasa hancur dan begitu lesuh. Sifat-sifat itulah musuh sejati kita. Ini mengingatkan kita pada sesosok tokoh dalam Film Kartun, tupai yang bernama Pogo. Ia pernah berkata pada temannya Albert, seekor kadal, “We have meet the enemy and he is us!” Pogo bagaikan sesosok tubuh yang pernah membaca buku the art of war magnum-opus Sun Tsu. Sehingga ia ters mawas diri dan yakin bahwa musuh terbesar manusia, bukan hanya dari luar, tapi kadang datang dari dalam didi mereka sendiri. Mesikpun terkadang terlalu berat  bagi kita menerima bahwa musuh terbesar itu adalah diri kita sendiri. Tapi inilah kenyataannya, dan kita nyaris tak bisa menghindar dari fakta ini.

Apa, hubungan cerita tersebut dengan bisnis. Meskipun bisnis adalah suatu aktivias yang berhubungan secara kolosal dengan orang lain baik itu konsumen ataupun nasabah. Tapi untuk memulai suatu hubungan, semua ini berawal dari diri kita. Jika ada sifat positf yang baik dan mempengaruhi diri kita, maka membangun hubungan dengan orang lain akan menjadi mudah dan berhasil dengan baik. Sebaliknya jika, sifat negative dominan, maka tidak mudah bagi kita berhubungan dengan orang lain, dan nyaris kita akan selalu gagal membangun network dengan  orang lain. Padahal network atau jaringan adalah satu pilar penting bagi kesuksesan bisnis. Pebisnis manapun, nyaris tak bisa mengelak hal tersebut. Sudah beradad-abad hal itu dilakukan dan dibuktikan oleh banyak pedagang. Siapa yang hendak memenangkan pasar, dan hati konsumen maka ia, disamping mengandalkan produk juga harus pandai-pandai berkomunikasi. Jika tidak maka akan menemukan halangan yang terkadang membuat daya tahan bisnis rontok.
Inilah tantangan bagi kita yang hendak terjun dalam dunia bisnis. Mau mengevaluasi diri, setidaknya akan memperkuat daya kritik terhadap diri. Juga mengandaikan terbangunnya mekanisme pembaharuan diri secara terus menerus.
Dengan demikian bisnis seutuhnya menjadi sebuah seni. Sebuah aktivitas yang seutuhnya membutuhkan kepiawaian seorang manager ataupun pebisnis untuk melakukan perencanaan, menyusun strategi dan taktik, membnagun mekanisme evaluasi diri dan bisnis secara terus menerus.

Bagi para pebisnis pemula maupun pebisnis yang telah lama berkecimpung dalam dunia bisnis tentu selalu berhadapan dengan competitor (musuh) dalam persaingan bisnis, (bukan musuh perang lho….) tapi musuh dalam bisnis. Para pebisnis menganggap bahwa competitor adalah musuh yang harus disingkirkan, agar bisnis yang dijalaninya bisa merebut pangsa pasar. Itulah mungkin yang tertaman dalam Mindset sebagian para pebisnis. Sebenarnya dan sesungguhany Kompetitor bukan untuk dimusnahkan bukan untuk dihancurkan, tapi bagaimana competitor juga harus bisa bertahan hidup dalam bisnisnya, tanpa adanya competitor bisnis kita tidak akan pernah besar, bisnis kita tidak akan pernah berkembang, secara positif competitor (musuh) bisnis menjadi salah satu motivasi  buat bisnis kita agar selalu mengevaluasi dan memperbaiki sistem yang kita jalankan dalam bisnis. Biarkan Kompetitor Hidup menemani bisnis kita. Pebisnis sejati adalah bagaimana membiarkan competitor tetap hidup, tetapi tugas kita adalah BAGAIMANA MEREBUT PASAR TANPA MENGHANCURKAN MUSUH.
Tulisan ini saya buat agar Mindset Para pebisnis bisa terbuka, bersaing secara sehat, bersaing secara hala sesuai dengan Syariah Islam.

BAGAIMANA BISNIS KITA BISA MENANG TANPA PERANG

MENANG TANPA PERANG (Merebut Pasar, Tanpa Menghancurkan Musuh)
Ada Beberapa Prinsip yang harus kita lakukan untuk merebut pasar tanpa bertarung

PRINSIP 1: Bisnis Ibarat sebuah Tumbuhan. Awalnya hanya sebuah biji yang disemaikan lalu tumbuh, bercabang hingga menjadi pohon dewasa. Bisnis pun demikian Awalnya hanya sebuah modal, kecil, dan amat terbatas. Tapi berkat ekspansi usaha, dengan strategi dan taktik yang baik, ia mampu memjadi sebuah imperium bisnis yang besar, bahkan menggurita.
Bisnis cukup digerakkan oleh “PARADIGMA” mendapatkan “RETURN” tanpa harus mengorbankan apalagi membinasakan pesaing, seperti tradisi Barat bahwa bisnis seutuhnya digerakkan oleh keinginan untuk mendapatkan keuntungan bagi investor. Hal ini agak berbeda dengan pandangan orang arif orang TImur. Bertahannya sebuah Imperium bisnis, tidak terus menerus  pada keuntungan. Tapi seutuhnya keuntungan itu hanyalah hasil untama yang diupayakan karyawan atau orang-orang yang terlibat dalam bisnis kita. Jadi pilar utama bagi sebuah bisnis dan perusahaa adalah kerja produktif yang kita lakukan bersama karyawan atau orang-orang yang ada disekitar kita.
Seperti halnya Prajurit sebuah Negara, Negara akan bertahan dari serangan musuh bukan karena Presidennya, tapi karena prajuritnya yang matu mati dan menjadi martir di Medan Perang. Karenanya bukanlah hal yang arif jika sebuah kesuksesan dipandang sebagai  sebuah anjuran memusnahkan pesaing, tanpa melibatkan dorongan untuk meningkatkan tujuan terbaik, Yakni Produktivitas Karyawan atapun orang-orang yang terlibat dalam Bisnis kita.

Tidak berlebihan jika Sun Tsu mengajarkan :
“Coba Imajinasikan bahwa tujuanmu turun dari surge, hingga dengannya prajurit merasa mereka adalah bagian dari pencapaian tujuan itu, dan lantas membayangkan mereka adalah pilar utama dalam pencapaian kemenangan, dengan surga. Dengan setidaknya gerak dan energy akan berlipat ganda tumbuh.”
Memahami bahwa karyawan atau anggota organisasi adalah bagian terpenting bagi pencapaian kejayaan bisnis, sama halnya menganggap penting akan keuntungan dan surplus yang diraih perusahaan. Tumbuhnya sebuah imperium bisnis tidak terlepas dari kepemimpinan terhadap karyawan.
Strategi taktik menggerakkan karyawan pada posisi yang sesuai dengan kemampuan dan keahlian yang mereka punya, adalah  pilar-pilar penting seperti di Medan perang, seorang panglima yang baik, adalah pemimpin yang mampu membaca situasi dan potensi pasukannya. Ia mampu menerjunkan pasukannya secara tepat, pada waktu dan kombinas yang tepat dan cerdas. Pengusaha juga demikian. Ia tahu bagaimana menggerakkan pasar dengan kekuatan yang dimilikinya, terdiri dari potensi karyawan dan peluang pasar. Ia tak harus menyerang pesaing tapi cukup melakukan maneuver di pasar dengan kombinasi yang baik. Dan memenangkan pasar baginya tak mesti dengan pertarungan. Tapi cukup kombinasi efektif dari Kepemimpinan, Teknologi, Pengenalan Produk. Membaca pesaing sama halnya dengan musuh bagi seorang panglima perang.
Dalam upaya melahirkan strategi dan taktik, seorang pengusaha atau pemimpin bisnis layak mengusahakan penguasaan akan potensi, kelemahan pesaing seperti panglima perang yang aharus mengetahui dimana letak keunggulan dan kelamahan musuhnya. Membaca dengan tepat keunggulan pesaing dan kelemahannya, palign tidak amat membantu seorang pengusaha untuk melakukan market share dengan baik.

PRINSIP 2 : MENANGKAN PASAR SECARA UTUH
“Menangkap Pasukan musuh lebih baik dari pada menghancurkannya. “Sun Tsu”  Mana tau ia bisa dijadikan battalion tangguh. Sama halnya dengan sebuah perusahaan atau lima Sekuadron, lebih utama ditundukkan ketimbang menghancurkan mereka. Sebagai Contoh Perusahaan Philip Morris mepertimbangkan hingga meyakinkan diri dengan Menggunakan Merek Malboro, ini lebih menguntungkan, tapi akhirnya ia memilih mempertahankannya. Apa yang terjadi setelah itu? Menakjubkan. Ditahun 1992, lebih dari 124 Milyar Marlboro telah menembus dan diterima dengan baik di Amerika Serikat, sehingga total keuntungan yang didapat oleh Marlboro jauh lebih besar ketimbang keuntungan yang dihasilkan oleh sebuah merek yang dihasilkan perusahaan, yang familiar dengan nama Campbell’s Soup. Tapi nasib tidak selalu berpihak pada Marlboro. Perlahan –lahan merek ini kehilangan pangsa pasar. Ini mendorong Philip Morris menciptakan strategi baru. Ia setuju untuk memotong harga Marlboro per-pack sebesar 40 cent atau sekitar 20%. Strategi ini diuji di sebuah pasar, Oregon. Dan mengagumkan Marlboro dapat kembali meraih empat point pasar sebagai akibat dari diskon mereknya.
Hal ini mengukuhkan mempertahankan nama atau merek jauh lebih baik ketimbang menggantinya dengan nama baru, untuk mendapatkan pasar seutuhnya seperti yang diajarkan Tsun Tsu. Hanya dibutuhkan strategi baru untuk mengubah sebuah pasukan menjadi satu battalion tanggun. Dibutuhkan taktik dan satu strategi untuk mengembalikan kepercayaan konsumen, lalau memenangkan pasar dengan utuh.

To Be Contiune…. 

Komentar